Makalah Tingkah laku tercela
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku Tercela adalah perbuatan yang
tidak Diridhoi oleh Allah. Seorang Menganiaya berarti menyiksa, menyakiti dan
berbagai bentuk ketidakadilan seperti menindas, mengambil hak orang lain dengan
paksa dan lain-lainnya. Aniaya termasuk perbuatan tercela yang dibenci Allah
SWT bahkan sesama manusia. Berbuat Aniaya berarti berbuat dosa. Oleh karena
itu, aniaya akan mendatangkan akibat-akibat buruk yang akan diterima oleh
pelakunya. Dewasa ini banyak sekali perilaku aniaya bahkan telah menjadi trend
dikalangan orang yang memiliki kedudukan tinggi. Mereka selalu menilai
seseorang dan memperlakukan seseorang sesuai dengan status sosialnya. Bila
seorang pejabat telah menilai seseorang itu jauh lebih rendah dari status
sosial yang di jabatnya, bukan tidak mungkin ia akan berbuat seenaknya sendiri.
Sungguh moral manusia sudah sangat rusak akibat perilaku tercela tersebut.
Disisi lain, Al-Qur’an juga
mengemukakan dan memberi peringatan tentang akhlak-akhlak buruk atau tercela
yang dapat merusak iman seseorang dan pada akhirnya akan merusak dirinya serta
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, iman merupakan suatu pengakuan terhadap
kebenaran dan harus dipelihara serta di tingkatkan kualitas nya melalui sikap
dan perilaku terpuji[1].
Sifat terpuji dan tercela yang
tertanam dalam diri manusia selalu berdampingan dan terlihat dalam perilaku
sehari-hari. Apabila perilaku seseorang menampilkan kebaikan, maka terpujilah
sikap orang tersebut. Sebaliknya, apabila perilaku seseorang menmpilkan
kebaikan atau kejahatan, maka tercelalah sikap orang tersebut. Sifat tercela
sangat dilarang oleh Allah SWT dan harus dihindari dalam pergaulan sehari-hari
karena akan merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Menurut bahasa akhlak merupakan
tingkah laku, tabiat atau perangai. Sedangkan akhlak menurut istilah merupakan
suatu pengetahuan yang menjelaskan mengenai perbuatan yang baik serta buruk,
mengatur prilaku manusia, serta mampu menentukan perbuatan akhir. Pada dasarnya
akhlak sudah melekat pada diri seseorang yang berasal dari prilaku serta
perbuatan. Nah, jika perilaku yang ditunjukan buruk maka otomatis akhlak
tersebut bisa dikatakan akhlak buruk. Sedangkan jika yang ditampilkan baik,
maka otomatis akhlak tersebut baik.
Akhlak buruk atau tercela merupakan
suatu sikap serta perbuatan yang dilakukan jauh dari apa yang dilarang agama.
Karena pada dasarnya agama mengajarkan kita untuk selalu bersikap baik terutama
menjaga perilaku serta perbuatan yang akan kita lakukan. Dengan berlandaskan
agama maka sifat tercela ini sebenarnya bisa dicegah karena ancaman serta
sangsi yang akan didapatkan dalam waktu cepat maupun dikehidupan selanjutnya.
Akhlak tercela ini merupakan cerminan bahwa seseorang tersebut mempunyai
prilaku yang kurang baik, hal tersebut bisa saja disebabkan karena kita mulai
jauh pada aturan – aturan agama.
![]() |
a) Jelaskan pengertian dari ahlak tercela
……………?
b) Jelaskan pengertian dari sifat buruk
sangka………?
c) Jelaskan pengertian dari sikap
gibah………………?
d) Jelaskan pengertian dari berbuat
boros……………?
e) Jelaskan pengertian dari sifat hasad..……………...?
f) Jelaskan pengertian dari sikap
namimah………….?
C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui pengertian dari ahlak
tercela
2) Untukl mengetahui pengertian dari buruk
sangka
3) Untuk mengetahui pengertian dari sikap
gibah
4) Untukn mengetahui pengertian dari
berbuat boros
5) Untuk mengetahui pengertian dari sikap
hasad
6) Untuk mengetahui pengertian dari sikap
namimah
BAB II
PEMBAHASAN
Didalam kehidupan ini banyak sekali
kita menjumpai perilaku tercela namun kita akan membahas sebagian dari perilaku
tercela tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Buruk Sangka
Buruk sangka adalah menyangka seseorang
berbuat kejelekan atau menganggap jelek tanpa adanya sebab-sebab yang jelas
yang memperkuat sangkanya. Dan perbuatan itu dapat membuat pelakunya mendapat
dosa dari Allah SWT. Dan dapat membuat hati seseorang kotor dan itu sangat di
sayangkan karna pusat kegiatan seorang ada di hati,jika hati seseorang bersih
dari noda dan dosa maka seluruh anggota tubuhnya akan bersih pula namun jika
hatinya kotor maka tubuhnya akan ikut ter kotori karna hati itu yang
menyebarkan darah yang mengalir dari jantung ke setiap sendi-sendi dalam tubuh
manusia dan bayangkan jika darah itu telah terkotori dengan dosa dan noda.
Dalam hadis kudsi bahwasanya dari Abu
Dzar Al-Ghifari ra.Rasulullah bersabda tentang apa yang beliau riwayatkan dari
rabb-nya ‘Azza wa Jalla, sesungguhnya Dia berfirman,
“Wahai hamba-ku, sesungguhnya aku telah mengharamkan kezaliman itu haram
di antara kamu. Oleh karna itu, janganlah kamu saling Menzalimi.(H.R Muslim)
Buruk sangka itu termasuk perbuatan
zalim karna kita telah memberikan perasangka tidak baik pada sesuatu padahal
sesuatu/seseorang itu belum tentu buruk karena yang pantas mengadili sesuatu
baik atau buruknya hanya-lah Allah semata karena kita manusia sangat banyak
kekurangan dalam segala hal dan bagaimana kita mengatakan sesuatu itu buruk
sedangkan kita sendiri tidak tahu apakah kita sudah termasuk orang yang
terbebas dari dosa dan noda serta keburukan dalam hati kita serta hidup kita
dalam sehari-hari.[2]
Dan Allah juga telah berfirman dalam Al-Qur’an yang berbunyi :

Apalagi kalau kita berperasangka buruk pada masalah-masalah
Aqidah yang harus di yakini apa adanya. Buruk sangka dalam hal ini adalah haram
seperti yang telah Allah gambarkan dalam Al-Qur’an surah Al-hujurat di atas
bahwasanya Allah sangat melarang hal demikian karna dapat menjerumuskan kita
pada perbuatan dosa dan perbuatan dosa itu akan di mintai pertanggung jawaban
di akhirat kelak oleh Allah dan sebaiknya kita berperasangka terhadap
masalah-masalah kehidupan agar memiliki semangat untuk menyelidikinya, dan
perkara seperti ini di bolehkan karna dapat membawa seseorang pada sesuatu yang
bermanfaat bagi hidupnya dan orang lain untuk sumber ilmu yang baru.
Rasulullah SAW bersabda :
"Hindarilah prasangka, karena prasangka itu berita
yang paling bohong." (HR. Muslim).
Ada juga hadist lain mengenai Tingkah laku Tercela ini :
2. Gibah
Secara bahasa, gibah (menggunjing) adalah menceritakan
keburukan (keaiban) orang lain. Secara istilah berarti membicarakan kejelakan
dan kekurangan orang lain dengan maksud mencari kesalahan-kesalahannya, baik
jasmani, agama, kekayaan, akhlak ataupun bentuk lahiriyahnya. Gibah tidak
terbatas melalui lisan saja, namun bisa terjadi dengan tulisan atau gerakan
tubuh. Apabila hal itu berhubungan
dengan agama seseorang, ia akan mengatakan bahwa ia pembohong, fasik,
munafik, dan lain-lain. Dalam hadist
dikatakan :


Artinya : “Abu Hurairah r.a berkata
Rasulullah SAW bersabda: ”Tahukah kamu apakah gibah itu?”Para sahabat menjawab:
“Allah dan Rasulnya lebih mengetahui”. Lalu Nabi bersabda: menyebut saudaranya
dengan apa yang tidak disukainya. Lalu Rasul ditanya: “Bagaimanakah pendapat
engkau kalau itu memang (kejadian) sebenarnya dan apa adanya?” Nabi menjawab:
“Walaupun yang kamu katakan itu benar begitu, itulah disebut Gibah. Akan tetapi
jikalau menyebut apa-apa yang tidak sebenarnya, berarti kita telah menuduhnya
dengan kebohongan atau fitnah”. (H.R. Muslim).[3]
Dari hadis diatas dapat kita ambil
hikmah bahwasanya kita dilarang menceritakan kejelekan saudara kita walaupun
dibelakangnya, sekalipun sesuatu itu benar-benar terjadi, sedangkan ia tidak
menyukai jika ia mendengar apa yang kita katakan kepada saudara kita yang lain
dan dapat juga mencemarkan nama baik saudara kita dalam bermasyarakat. Allah
SWT menggambarkan bahwa seseorang yang menggunjing itusama dengan memakan
daging bangkai yang tentunya sangat menjijikkan.
Apabila kita mendengar seseorang yang
melakukan gibah atau membicarakan hal-hal yang kotor lainya tentang seseorang
maka kita hendaklah menghindar karena kita dapat resiko yaitu mendapat dosa
dari Allah karena kita membiarkan suatu kemungkaran dan tanpa mencegahnya
bahkan kita ikut bergabung dalam perbuatan mungkar tersebut.
Seperti Firman Allah SWT (QS.al Qhasshas
ayat 55)

Artinya : Dan apabila Mereka Mendengar
perkataa yang buruk, mereka berpaling darinya dan berkata “ bagi kami amal amal
kami dan bagimu amal amalmu,” semoga selamatlah kamu, kami tidak ingin bergaul dengan orang orang
bodoh.

Tidak semua jenis gibah dilarang dalam
agama. Ada beberapa jenis gibah yang diperbolehkan dengan maksud untuk mencapai
tujuan yang benar dan tidak mungkin tercapai kecuali dengan gibah.
Gibah yang diperbolehkan
tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Melaporkan
perbuatan aniaya yang dilakukan oleh seseorang.
2)
Usaha
untuk mengubah kemungkaran dan membantu sesorang keluar dari perbuatan maksiat.
3)
Gibah
untuk tujuan meminta nasihat.
4)
Gibah
untuk memperingatkan pada kaum muslim tentang suatu fatwa.
5)
Memberi
penjelasan dengan suatu sebutan yang terkenal pada diri seseorang meskipun itu
sesuatu yang buruk, seperti si bisu, si pincang dan lain-lain.
Contoh perilaku gibah
antara lain :
a)
Membicarakan
keburukan orang lain melaui lisan, seperti antartetangga yang satu dengan yang
lainnya.
b)
Membicarkan
keburukan orang lain melalui bahasa isyarat.
c)
Membicarakan
keburukan orang lain melalui gerakan tubuh dengan maksud mengolok-ngolok.
d)
Membicarkan
keburukan orang lain melalui media massa tanpa ada maksud untuk kebaikan.
Karena gibah termasuk dosa dan sering
membawa kepada permusuhan, maka hindarilah kebiasaan bergibah.
Berikut ini di antara
cara supaya terhindar dari perilaku gibah:
1.
Selau
mengingat bahwa perbuatan gibah adalah penyebab kemarahan dan kemurkaan Allah
SWT.
2.
Selalu
mengingat bahwasanya timbangan kebaikan gibah akan pindah kepada orang yang
digunjingnya.
3.
Hendaknya
orang yang melakukan gibah mengingat terlebih dahulu aib dirinya sendiri dan
segera berusaha memperbaikinya.
4.
Menjauhi
factor-faktor yang menimbulkan terjadinya gibah.
5.
Senantiasa
mengingatkan orang-orang yang melakukan gibah.

Adapun cara taubat bagi
orang yang melakukan gibah, yakni sebagai berikut :
a.
Menarik kembali kabar bohong yang dia sampaikan dahulu.
b.
Meminta maaf atau meminta untuk di halalkan kepada yang di fitnah.
c.
Meminta ampun pada Allah atas perbuatanya (melakukan gibah).
Adapun pengaruh negatif
yang ditimbulkan dari perilaku ghibah antara lain:
a. Menimbulkan fitnah
b.
Menyebabkan perpecahan dan permusuhan
c. Merusak nama baik pada diri sendiri dan
orang lain
d.
Dapat merusak keimanan
3. Berbuat Boros (Konsumtif)
Boros adalah Perbuatan boros adalah
gaya hidup gemar berlebih-lebihan dalam menggunakan harta, uang maupun sumber
daya yang ada demi kesenangan saja. Dengan terbiasa berbuat boros seseorang
bisa menjadi buta terhadap orang-orang membutuhkan di sekitarnya,sulit
membedakan antara yang halal dan yang haram,mana boleh mana tidak boleh
dilakukan, dan lain sebagainya. Alloh SWT menyuruh kita untuk hidup sederhana
dan hemat, karena jika semua orang menjadi boros maka suatu bangsa bisa
rusak/hancur. Menurut para sahabat pengertian sikap boros dalam pandangan islam
:[4]
Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas
mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu bukan pada jalan
yang benar.”
Mujahid mengatakan, “Seandainya
seseorang menginfakkan seluruh hartanya dalam jalan yang benar, itu bukanlah
tabdzir (pemborosan). Namun jika seseorang menginfakkan satu mud saja (ukuran
telapak tangan) pada jalan yang keliru, itulah yang dinamakan tabdzir
(pemborosan).”
Qotadah mengatakan, “Yang namanya
tabdzir (pemborosan) adalah mengeluarkan nafkah dalam berbuat maksiat pada
Allah, pada jalan yang keliru dan pada jalan untuk berbuat kerusakan.” (Tafsir
Al Qur’an Al ‘Azhim, 8: 474-475).
Ibnul Jauzi berkata bahwa yang
dimaksud boros ada dua pendapat di kalangan para ulama:
Boros berarti menginfakkan harta bukan pada jalan yang benar. Ini dapat
kita lihat dalam perkataan para pakar tafsir yang telah disebutkan di atas.

Dalam hadist Rasulullah saw bersabda :
Artinya : “Abu Hurairah r.a berkata
bahwa Rasulullah SAW.bersabda ”sesungguhnya Allah SWT.menyukai tiga macam
yaitu,kalau kamu menyembah kepadan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun. Dan supaya kamu berpegang teguh dengan ikatan Allah,dan
janganlah bercerai-berai.Dan Dia membenci bila kamu banyak bicara dan banyak
bertanya dan memboroskan harta.” (H.R Muslim).[5]
Dari hadist di atas mengandung enam
hal ;
Tiga hal yang Allah sukai dan tiga hal yang
Allah di benci-Nya,yaitu :
1.
Allah
suka bila hamba-Nya menyembah padan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun.
2.
Allah
suka kalau hamba-Nya berpegang teguh dengan ikatan Allah;
3.
Allah
suka kalau hamban-Nya tidak
bercerai-berai
4.
Allah
membenci hamba-Nya yang banyak bicara
5.
Allah
membenci hamba-Nya yang banyak bertanya sesuatu tidak berguna.
6.
Allah
membenci hamba-Nya yang memboros kan harta.
Dari isi kandungan hadis di atas kita
akan kita fokuskan pada poin enam yakni
sesuai dengan pembahasan dalam topik yang akan kita bahas tentang pemborosan
harta atau lajimnya di sebut konsumtif karna pembahasan tentang pemborosan ini
sangat penting kita kaji karna dari dulu sampai sekarang sikap pemborosan tidak
pernah terlepas dalam kehidupan manusia yang bermasyarkat karna kecenderungan
manusia ingin memiliki sesuatu walaupun kadang sesuatu itu tidak bermanfaat
baginya dan melebihi kebutuhan yang ia butuhkan,
Disamping mencela sikap kikir,Islam
juga mencela orang yang suka memboroskan hartanya terhadap hal-hal yang tidak
berguna bagi dirinya serta keluarganya
karna dalam islam kita di anjurkan untuk senatiasan membagikan harta kita
kepada orang lain yang membutuhkan.
harta yang di miliki kita tidak semua
manusia mendapat keberuntungan seperti manusia lainya, jadi manusia yang
memiliki harta yang lebih seharusnya membagikan kepada saudaranya karna sdalam
Islam kita di ajarkan untuk saling melengkapi dan saling memberi sehingga
adanya perintah di wajibkanya jakat bagi orang-orang yang memiliki harta yang
sampai pada batas nisaf sesuai yang
telah di tentukan.
Dalam Al Qur’an di sebutkan tentang larangan bersikap boros :


Artinya : “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang
dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat
ingkar kepada Tuhannya”. (QS. Al-Isra’ : 26-27).
Dalam ayat lain juga di sebutkan bahwa
:

Artinya : “Hai anak Adam, pakailah
pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan
janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan”. (QS: Al-A'raf Ayat: 31)
Allah sangat melarang perbuatan
pemborosan yang dapat merugikan diri sendiri secara moral dan merugikan saudara
semuslim yang membutuhkan harta dari muslim lainnya yang memiliki harta yang
berlebih dan mampu untuk ia lebih ia bagikan, namun dia lebih suka
membelanjakan hal-hal yang tidak ada manfaatnya.
Beberapa Contoh Sifat
Boros dalam Kehidupan Sehari-Hari :
1. Gemar beli produk yang mahal-mahal
karena gengsi
2. Suka belanja dengan kartu kredit
tanpa melihat daya beli
3. Boros dalam mengunakan air bersih
dan air minum
4. Pengeluaran lebih besar dari
penghasilan (kecuali penghasilan rendah)
5. Suka menyisakan dan membuang-buang
makanan
6. Senang membeli barang yang tidak perlu
7. Boros listrik, air, pulsa telepon,
bensin, gas, dan lain-lain
8. Memiliki hobi yang mahal biayanya

1. Uang yang dimiliki cepat habis
karena biaya hidup yang tinggi
2. Menjadi budak hobi (nafsu) yang
bisa menghalalkan uang haram
3. Malas membantu yang membutuhkan
& beramal shaleh
4. Selalu sibuk mencari harta untuk
memenuhi kebutuhan
5. Menimbulkan sifat kikir, iri,
dengki, suka pamer, dsb
6. Anggota keluarga terbiasa hidup
mewah tidak mau jadi orang sederhana
7. Bisa stres atau gila jika hartanya
habis
8. Bisa terlilit hutang besar yang
sulit dilunasi
9. Sumber daya alam yang ada menjadi
habis
10. Tidak punya tabungan untuk saat
krisis
Oleh sebab itu mari kita hindari sifat
boros dalam hidup kita agar kita bisa hidup bahagia tanpa harta yang banyak
bersama seluruh anggota keluarga kita. Ada peribahasa hemat pangkal kaya,
sehingga dengan menjadi orang yang bergaya hidup sederhana walaupun kaya raya
maka hartanya akan berkah dan terus bertambahdari waktu ke waktu.
4. Hasad
(Dengki)
Hasad secara bahasa berarti menaruh
perasaan benci, tidak suka karena iri yang amat sangat kepada keberuntungan
orang lain. Secara istilah adalah usaha seseorang untuk mempengaruhi orang lain
supaya tidak senang terhadap orang yang memperoleh keberuntungan atau karunia
Allah SWT. Hasad timbul karena adanya permusuhan dan persainagn untuk saling
menjatuhkan. Hasad merupakan penyakit rohani yang sangat berbahaya, karenanya
harus dijauhi. Apabila dibiarkan, akan dapat merusak dan menghilangkan semua
amal kebaikan seseorang. Orang yang dengki menyimpan sifat rakus, tamak,dendam,
serta rasa permusuhan. Pendengki selalu gelisah karena hatinya tidak rela jika
melihat oranglain mendapat kenikmatan dari Allah swt. Hal ini akan membahayakan
kesehatan rohani maupun jasmani.[6] Nabi Muhammad saw bersabda
:

Artinya:
“dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda: “Jauhkanlah dirimu dari sifat
hasad karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan, ibarat api yang membakar
kayu” (H.R. Abu Dawud)

Hadist diatas memberikan pelajaran dan
mengingatkan kepada kita, betapa kejinya sifat hasad. Hasad tumbuh di hati
seseorang apabila ia tidak senang kepada keberhasilan orang lain. Sikap ini
biasanya di dahului oleh sikap yang menganggap dirinya paling hebat dan paling
berhak mendapatkan yang terbaik sehingga jika melihat ada orang lain yang
kebetulan beruntung, maka ia merasa disaingi.
Jadi, pada dasarnya hasad ini juga
berasal dari sikap membesarkan diri atau sombong. Apabila penyakit hasad
(dengki) telah menghinggapi seseorang, maka akan timbul perilaku yang
berbahaya, sehingga dapat menghancurkan nama baik diri-pribadi, orang tua, keluarga,
dan sekolah.
Contoh perilaku hasad
antara lain :
1.
Tidak
mnsyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita.
2.
Tidak
senang atas keberhasilan atau kebahagiaan orang lain.
3.
Tertawa
diatas penderitaan orang lain.
4.
Rasa
tidak percaya diri atas kekurangan ataupun kelebihan yang kita miliki.
5.
Timbulnya
keinginan untuk mencelakan orang lain.
Cara menghindari
perialku hasad :
1.
Berusaha
untuk mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah SWT.
2.
Menyadari
bahwa perilaku hasad sangat berbahya dan harus dijauhi.
3.
Menyadari
bahwa perilaku hasad dapat menghapus segala kebaikan yang telah dilakukan
apabila masih suka menghasud.
4.
Berpikir
positif atas segala kejadian yang menimpa kita.
5.
Tetap
percaya diri dan optimis dengan kekurangan yang kita miliki.
5.. Namimah (Mengadu Domba)
Secara bahasa, namimah berarti mengadu
domba. Secara istilah, namimah berarti mengadu domba atau menyebar fitnah
antara seseorang dengan orang lain dengan tujuan agar saling bermaafan. Atau
juga Namimah berarti merekayasa omongan untuk menghancurkan sesama manusia” [7]. Perintah menghindari
Namimah ada dalam al qur’an :
Artinya
: “Dan janganlah engkau patuhi orang yang suka bersumpah dan suka menghina,
suka mencela, yang kian ke mari menyebarkan fitnah, yang merintangi segala yang
baik, yang melampaui batas dan banyak dosa, yang bertabiat kasar, selain itu
juga terkenal kejahatannya, karena dia kaya dan banyak anak”.(QS. AL Qalam: 10-14)
Hadist nabi Muhammad saw juga
mengancam bagi orang yang berperilaku namimah tidak akan masuk surga.


“Dari Khuzaifah r.a. ia mendengar
bahwa Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba
(menebar fitnah)”. (H Muttfaqun ‘Alaihi)
Dalam hadist lain, nabi Muhammad saw
bersabda sebagai berikut :
“Dari Ibnu Abbas r.a. bahwasanya
Rasulullah saw melewati dua makam (kuburan) lalu Nabi bersabda: “Sesungguhnya
dua orang yang ada di kubur ini disiksa. Salah seorang di antaranya disiksa
karena selalu mengadu domba (menebar fitnah) dan yang satu lagi karena tidak
bersih ketika bersuci (dari buang air kecilnya)”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari dalil-dalil diatas menunjukkan
betapa besar dosa orang yang mengadu domba (memfitnah). Sebab dengan adu domba,
seseorang dapat saling bertengkar, membunuh, bahkan berlanjut dengan permusuhan
yang berkepanjangan antarkeluarga, dan antarkelompok. Oleh karena itu, jangan
suka mengadu domba (memfitnah) dengan sesamanya.
Contoh perbuatan namimah
antara lain sebagai berikut :
·
Mempunyai
maksud yang tidak baik terhadap orang lain terutama orang yang sedang diadu
domba.
·
Terlalu
mudah percaya pada orang lain tanpa mengetahui kebenarannya.
·
Suka
berkumpul/menggosip.
·
Menjadi
provokator
Di antara cara
menghindari perilaku namimah sebagai berikut :
ü
Menyadari
bahwa perilaku namimah menyebabkan seseorang tidak masuk surga meskipun rajin
beribadah.
ü
Jangan
mudah percaya pada seseorang yang memberikan informasi negatif tentang orang
lain
ü
Menghindari
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku namimah, seperti berkumpul
tanpa ada tujuan yang jelas, menggosip, dan lain-lain.
Sifat terpuji dan tercela yang
tertanam dalam diri manusia selalu berdampingan dan terlihat dalam perilaku
sehari-hari. Apabila perilaku seseorang menampilkan kebaikan, maka terpujilah
sikap orang tersebut. Sebaliknya, apabila perilaku seseorang menmpilkan
kebaikan atau kejahatan, maka tercelalah sikap orang tersebut. Sifat tercela
sangat dilarang oleh Allah SWT dan harus dihindari dalam pergaulan sehari-hari
karena akan merugikan diri sendiri maupun orang lain.[8]

Karena perbuatan tercela hanya akan
membawa kita pada kesengsaraan di dunia maupun di akhirat, dijauhi banyak orang
, menjadi kawan syetan dan tidak ada kebaikan yang kita berikan kepada orang
lain. Padahal kita semua sebagai manusia hendaklah berbuat baik dan senantiasa
bermanfaat bagi sesama . hindarilah hal hal diatas yang menunjukkan tingkah
laku tercela yang dapat menjerumuskan kita ke dalam neraka jahannam
Maka marilah Fastabiqul Khairat di
Jalan ALLAH.
[1]Di
unduh dari : Cahaya islam.blogspot.com/2011/06/hadits-tingkah-laku-tercela
[2] Di
kutip dari : Syafe’I Rachmat.2000. Al-hadis (Aqidah,Akhlak,Sosial dan Hukum.)
Bandung, CV Pustaka Setia
[3]
Dikutip dari : Syafe’I Rachmat.2000. Al-hadis (Aqidah,Akhlak,Sosial dan Hukum.)
Bandung, CV Pustaka Setia
[4]
Dikutip dari : Syafe’I Rachmat.2000. Al-hadis (Aqidah,Akhlak,Sosial dan Hukum.)
Bandung,CV Pustaka Setia
[5]
Dikutip dari : Syafe’I Rachmat.2000. Al-hadis (Aqidah,Akhlak,Sosial dan Hukum.)
Bandung,CV Pustaka Setia
[6]
Dikutip dari Syafe’I Rachmat.2000. Al-hadis (Aqidah,Akhlak,Sosial dan Hukum.)
Bandung,CV Pustaka Setia
[7]
Dikutip dari : Syafe’I Rachmat.2000. Al-hadis (Aqidah,Akhlak,Sosial dan Hukum.)
Bandung,
CV Pustaka
Setia
[8] Di
unduh dari : An-Nawawi.2001.Terjemahan Hadits Arba’in. Jakarta.Al-I’tishom CahayaUmat.blogspot.com/
2011/06/hadits-tentang-tingkahlaku-tercela
Komentar
Posting Komentar